Jumat, 15 Oktober 2010

Bandara Halim Untuk Komersil Lagi

Bandara Halim akan Dioptimalkan

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pemerintah memutuskan bandar udara Halim Perdanakusuma akan dioptimalkan kembali penggunaannya untuk penggunaan pesawat penumpang komersil dalam upaya mengurangi beban yang saat ini dialami bandara Soekarno-Hatta.

"Beban bandara Soekarno-Hatta saat ini sudah sangat padat sehingga perlu dicarikan alternatif dengan mengoptimalkan kembali bandara Halim," kata Juru bicara Wapres Yopie Hidayat kepada pers, di Jakarta, Kamis.
Hal tersebut dikatakan usai dirinya mengikuti rapat membahas keamanan perhubungan laut, darat dan udara yang dipimpin Wapres Boediono yang juga dihadiri oleh Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, serta sejumlah pejabat tinggi lainnya.

Menurutnya, langkah tersebut merupakan langkah jangka pendek untuk mengurangi beban bandara Soekarno-Hatta dan untuk itu aturannya sedang disiapkan. Perubahan fungsi bandara Halim ini merupakan salah satu langkah yang diminta Wapres Boediono dalam meningkatkan keselamatan transportasi udara.
Beban bandara Soekarno-Hatta, katanya, sudah melampaui batas mengingat jumlah penumpang per tahun mencapai 30 juta per tahun, dan tahun depan diperkirakan bisa mencapai 40 juta penumpang, dari kapasitas 22 juta penumpang per tahun.

Sementara rencana perluasan bandara Seokarno Hatta baru bisa diwujudkan pada 2013-2015, karena masih memerlukan pembebasan lahan. Wapres menugaskan instansi terkait untuk melakukan negosiasi dengan TNI Angkatan Udara dan instansi lainnya untuk membuka penerbangan komersial di Halim Perdanakusuma itu.
Selama ini bandara Halim hanya digunakan untuk kepentingan penerbangan militer, kepresidenan, pesawat sewa, dan rute jangka pendek seperti Jakarta-Bandung.

Bandara Soekarno-Hatta rencananya akan dibangun satu landasan lagi sehingga nantinya akan memiliki tiga landasan, dan akan dibangun satu terminal lagi sehingga nanti memiliki empat terminal.

new technology

An unmanned aerial vehicle (UAV; also known as a remotely piloted vehicle or RPV, or Unmanned Aircraft System (UAS)) is an aircraft that is flown by a pilot; however, without a human crew on board the aircraft. Their largest uses are in military applications. To distinguish UAVs from missiles, a UAV is defined[by whom?] as a reusable, remotely crewed aircraft capable of controlled, sustained, level flight and powered by a jet, reciprocating engine, or other source of propulsion. Therefore, cruise missiles are not considered UAVs, because, like many other guided missiles, the vehicle itself is a weapon that is not reused, even though it is also unmanned and in some cases remotely guided.
There are a wide variety of UAV shapes, sizes, configurations, and characteristics. Historically, UAVs were simple drones[1] (remotely piloted aircraft), but autonomous control is increasingly being employed in UAVs. UAVs come in two varieties: some are controlled from a remote location, and others fly autonomously based on pre-programmed flight plans using more complex dynamic automation systems.
Currently, military UAVs perform reconnaissance as well as attack missions.[2] While many successful drone attacks on militants have been reported, they are also prone to collateral damage and/or erroneous targeting, as with many other weapon types.[1] UAVs are also used in a small but growing number of civil applications, such as firefighting or nonmilitary security work, such as surveillance of pipelines. UAVs are often preferred for missions that are too "dull, dirty, or dangerous" for manned aircraft.
The abbreviation UAV has been expanded in some cases to UAVS (unmanned-aircraft vehicle system). In the United States, the Federal Aviation Administration has adopted the generic class unmanned aircraft system (UAS) originally introduced by the U.S. Navy to reflect the fact that these are not just aircraft, but systems, including ground stations and other elements.